Mengikuti berita tentang bocah 9 tahun yang kabur dari rumah membawa uang orangtuanya sebesar 10 ribu dolar, jujur saja hal pertama yang terpikirkan di kepala saya adalah: kenapa juga si bocah harus beli Play Station, handphone dan mainan lainnya? Kenapa bukan iMac 17 inch dengan sistem operasi Leopard, iPhone atau kamera DSLR Nikon D1? Sepuluh ribu dolar, gitu loh! Bukan dolar Singapura apalagi dolar Malaysia pastinya.
Tapi cukup dengan sekali mengejapkan mata dan setelanan air liur saja, bayangan benda-benda ‘laknat’ (laknat karena tak terbeli hehe..) itu langsung hilang dan beralih ke kehidupan nyata saya sebagai orang tua dari seorang anak yang usianya hanya berselang satu tahun dengan si bocah itu.
Di zaman seperti sekarang ini, menjadi orang tua bukanlah tugas mudah. Untuk masuk sekolah yang layak saja harus keluar uang yang nilainya sampai 9 digit. Mau menyenangkan anak dengan mainan yang sedang trend, harganya juga tak jarang mencapai 9 digit. Itu baru urusan materi. Belum lagi ancaman hipnotis dari tayangan-tayangan tak bermutu, sinetron yang mengajari anak kata-kata makian ‘canggih’ atau mengajak bermimpi menjadi idola cilik berpakaian glamor, bergoyang pinggul menyanyikan lagu orang dewasa.
Kadang, ketika terbangun tengah malam, menyaksikannya tertidur sambil memeluk erat boneka kesayangannya, ada terselip rasa takut akan masa depannya. Rasa takut berbalut ribuan pertanyaan yang belum tentu bisa sempat saya temui jawabannya nanti. Seperti apa ya kira-kira hidupnya di depan nanti?
Ketika Insya Allah suatu masa iapun tengah terbangun tengah malam menyaksikan cucu saya tengah tertidur pulas sambil memeluk boneka kesayangannya juga, apa ia juga masih diganggu ketakutan yang sama, pertanyaan yang sama seperti saya saat ini? Hanya malam yang menjawab dengan sepinya, hanya doa yang bisa terpanjat.
Ah, jadi teringat lirik lagunya Iwan Fals,
cepatlah besar matahariku
menangis yang keras, janganlah ragu
tinjulah congkaknya dunia buah hatiku
doa kami di nadimu
(Galang Rambu Anarki. Album: Opini, 1982)
Doa kami di nadimu. Saya selalu merinding mendengar untaian kata itu. Orang tua manapun saya yakin selalu membawa stok doa yang tak terbatas bagi anaknya dan akan selalu terpanjatkan kapanpun, dimanapun. Bahkan di setiap tarikan nafas, tanpa disadari doa itupun akan terus terpanjat. Doa yang selalu membekali setiap perjuangan membesarkannya.
Dalam kondisi apapun, orang tua manapun pasti akan melakukan apapun demi kebahagiaan masa kini dan bekal masa depan anaknya. Apapun! Wujudnya saja mungkin beda. Ada yang memanjakan anak dengan gelimangan materi yang nyaris tak terbatas, tapi ada yang memutuskan mencabut nyawa anaknya dengan merendamnya di bak mandi daripada nanti dicabut keadaan hidup yang semakin mencekik. Apapun!
Ya Allah, lindungi anak-anak kami..
Bojongkulur, 2 April 2008
Untuk Tuan Putri Kecilku yang Alhamdulillah hari ini memasuki usianya yang ke 8.
Allahumma … ashlihliy fii dzurriyati…
Ya Allah … jadikanlah keturunanku menjadi baik…
Om Rane, pernah lihat Nanny 911? Saya kira si bocah 10ribu dolar mencontoh perilaku mungkin dari ortunya … sebagaimana yang terjadi di reality show Nanny 911
“mengajak bermimpi menjadi idola cilik berpakaian glamor, bergoyang pinggul menyanyikan lagu orang dewasa.”
——————-
Mbok ya biarin tho.. novel, film, perangkat lunak TI, dan banyak hasil karya manusia kan asalnya juga dari mimpi. Tinggal siapa yang berani meraih mimpi2nya, dialah yang mendapatkan mimpi tsb. Eh tapi kalo mimpi buruk gimana ya? 😀
habis gak ada lagu anak-anak sih.
met ulang tahun buat tuan putri. semoga bisa kayak bapaknya 😀
doa kami dinadimu…
saya juga merinding om dengerin lagu ini…:)
yah, kayaknya aku bakal berpikiran seperti dirimu juga Bang….tapi nanti….tunggu brojol dari perut dulu…heheheh
Putri, met ultah yaa…*muah muah*
anaknya kok langsing mas?
Selamat ulang tahun untuk si Tuan Putri Kecil… 🙂 🙂 Salam dari Inka dan Irza (walaupun belum sempet ketemu karena dulu keburu pulang ke Jakarta). 🙂
kasih ibu sepanjang masa tak terhingga kepada beta
hai om…udah lama baru baca blog jap lagi…masih keren hehehe
Anakkan ‘hasil karya’ orang tuanya. Mau jadi apa sang anak, ditentukan juga oleh sikap orang tuanya.
“Ya Allah.. berilah kemampuan dan petunjukmu agar aku mampu mendidik anak2ku kelak selalu di jalanmu. Jadikanlah mereka anak yang berguna, berbakti bagi orang tua, agama, dan orang lain..”
‘Doaku kami di nadimu..’
Salam bang..
busyeet dah..kebayang kalo saya bawa duit 10 rebu dolar..beli apaan ya?? beli laptop sekalian deh, beli angkot juga cukup, hehe
“cepatlah besar matahariku
menangis yang keras, janganlah ragu
tinjulah congkaknya dunia buah hatiku
doa kami di nadimu”
Wah kok sama mas, saya juga merinding jika mendengar bait syair ini.
Tapi saya juga khawatir dengan nasib anak-anak saya yang bakal mengarungi hidup yang pasti lebih congkak dari sekarang.
Oya met ultah buat tuan putri kecilnya, sorry telat ngucapinnya.
wah kl aku beli apaan ya???ditabung aja deh buat kuliah di luar negeri…….hehehehe
kalo saya gimana ya…bingung juga pegang duit segitu.
Thanks for every other informative website. The place else could I get that type of info written in such a perfect approach? I’ve a challenge that I’m just now operating on, and I have been on the glance out for such information.
nice post! i think that everyone should start thinking more like you.
My cousin told me with regards to your web site. They were correct, I’m genuinely fascinated with all the posting in addition to advanced design and style. It seems like in my experience you’re basically scratching the surface when it comes to what you could achieve, nevertheless you’re off to a terrific launch! I chose to add this site to my own book mark webpage and I just joined your current rss.
Cool post. What’s up with all the weird comments? lol